Kamis, 03 Januari 2013

Penyerbuan di Afrika Utara 1940

Pada bulan September 1940, di saat krisis dari Inggris, dimana Britania Raya diserbu oleh Jerman melalui Blitz nya - dimana Luftwaffe melakukan serangan pemboman besar-besaran terhadap negara kepulauan tersebut, Mussolini di Italia pun menginginkan bagian yang sama.

Tetapi karena Angkatan Perang Italia tidaklah sebesar Jerman, maka ia pun memilih bagian kecil di Afrika Utara, yang diharapkan telah dilemahkan - yaitu Inggris di Mesir. Mesir memiliki pangkalan yang strategis, yakni Terusan Suez, dan pijakan dari Mesir akan memungkinkan penguasaan terhadap Palestina, Syria dan seluruh timur tengah. Di tahun 1940 ini, Italia menguasai seluruh Libya, dengan pangkalan utamanya di Tripoli. Di sebelah barat ada jajahan Prancis: Tunisia (Prancis telah dikuasai Jerman - sehingga Vichi Prancis bersikap netral di Tunisia). - Karena kapitulasi Prancis di bulan Juni 1940, maka Hitler membagi wilayah Prancis menjadi dua, yakni Prancis yang dikuasai Jerman, dan Prancis yang dikuasai oleh Vichi (dianggap kolaborator oleh Sekutu). Italia sebenarnya mengumumkan perang terhadap Prancis dengan cara yang licik, yakni di minggu-minggu terakhir Prancis sudah takluk - dengan harapan mencicipi sedikit dari jarahan Hitler - tetapi tidak diberi oleh Hitler.

Dengan konfiden yang didapatkan dari jarahannya di Abyssinia (Etiopia) sebelumnya, maka Mussolini memerintahkan kepada Marsekal Graziani untuk menyerbu ke arah Mesir (dengan sasaran sebuah desa kecil bernama Sidi Barani). Pasukan Italia tidaklah dilengkapi dengan senapan serbu ataupun mechanized infantry seperti Jerman. Mereka lebih dibebani dengan peralatan perang yang boleh dikatakan adalah warisan sisa Perang Dunia I.

Tentunya melawan Abyssinia hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi melawan pasukan Inggris di Mesir - sebagaimanapun sudah dilemahkan - tetap saja akan menjadi masalah. Akhirnya mereka menyerbu, dan berhenti di Sidi Barani, beberapa kilometer di dalam Mesir. Inggris pun mundur ke arah Mersa Matruh, dan kemudian melancarkan counter-attack.

Hanya dalam beberapa hari, pasukan Italia pun kocar-kacir dan sebagian besar segera menyerah. Marsekal Rommel (Erwin Rommel) yang kemudian datang untuk menolong pasukan Italia di bulan Maret 1941 menyatakan tentang pasukan Italia ini: "Certainly, they are no good at war".

Memang benar, pasukan Italia lebih dilengkapi untuk kepentingan damai daripada perang. Bila kita mendengar cerita tentang kisah spartan dalam tentara, dimana makanannya tidak enak, tidur di lantai - maka sebaliknya dengan para perwira Italia yang sempat membawa anggur serta makanan enak lainnya. Sangat berlawanan dengan kondisi pasukan Inggris maupun Jerman.

Alhasil, walaupun sang Duce (Mussolini) sendiri menyatakan: "saya perlu beberapa ribu orang italia mati - untuk dapat hadir di konferensi perdamaian dengan kepala tegak" - tetap saja Italia tidak mampu menegakkan kejayaan yang pernah mereka hadirkan pada Pax Romana, beberapa abad yang silam. Hanya setelah Rommel (dengan julukan the Desert Fox) datang - maka pasukan Axis (Jerman-Italia) dapat memukul Inggris sampai ke El Alamein - dimana disanapun pada bulan Oktober 1942, Marsekal Montgomery akhirnya dapat mematahkan pasukan Axis dan selamanya melumpuhkan the Afrika Korps. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar